HALO JAPIN. Indonesia baru saja kehilangan tokoh besarnya. Sang Sang Guru Bangsa, Ahmad Syafii Maarif atau biasa dikenal dengan sebutan Buya Syafii Maarif meninggal dunia pada hari Jumat (27/5/2022). Mantan Pimpinan Pusat Muhammadiyah ini dikenal sangat sederhana dan tidak ingin diistimewakan.
Kisah-kisah Buya Syafii bisa menjadi inspirasi bagi kita semua. Pria asa Sumatera Barat ini kerap terlihat naik sepeda untuk kebutuhan sehari-hari di pasar. Tidak hanya itu saat membeli obat, membayar listrik dan pergi ke bank, beliau selalu naik sepeda.
Pekerjaan rumah seperti mencuci baju hingga menyapu rumah adalah hal biasa dilakukan Buya saat berada di rumah. Sopir pribadi dan pembantu pribadi tidak punya.
Selain itu Buya Syafii adalah sosok yang tidak ingin diistimewakan. Buya selalu menolak jika diminta untuk tidak usah mengantre. Sehingga saat berobat di rumah sakit, puskesmas saat di bank atau mengurus paspor, Buya dengan sabar mengantre bersama orang-orang lainya. Buya juga berinteraksi dengan siapapun.
Buya Syafii lahir pada 31 Mei 1935 di Sumpur Kudus, Sumatera Barat. Beliau adalah putra dari pasangan Ma’rifah Rauf Datuk Rajo Malayu dan Fathiyah dengan lengkap Ahmad Syafii Maarif.
Pendidikannya dimulai dari Sekolah Rakyat (SR) Negeri Sumpur Kudus, Sumatera Barat (1947) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Muhammadiyah Sumpur Kudus setiap sore hari. Setelah tamat melanjutkan di Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Lintau, Sumatera Barat.
Pada tahun 1956 Syafii Maarif melanjutkan sekolah ke Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta (1956), Universitas Cokroaminoto Surakarta (1964), Jurusan Sejarah IKIP Yogyakarta (1968), S2 jurusan Sejarah di Ohio State University (1980) dan S3 Pemikiran Islam di Chicago University (1983).
Dalam oraganisasi Buya Syafii pernah menjabat sebagai Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah (1998-2005), Pemimpin Redaksi majalah Suara Muhammadiyah Yogyakarta (1988-1990), Presiden World Conference on Religion for Peace (WCRP), dan pendiri Maarif Institute.
Sebagai soosk intelektual, Buya Syafii Maarif ada beberapa karya bukunya seperti Islam dan politik: teori belah bambu, masa demokrasi terpimpin, 1959-1965 (1996), Islam Dalam Bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan (2009), dan Membumikan Islam (2019).( sumber : laman kompas.com) ***