HALO JAPIN. Bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki tahun 1945 menyisakan duka yang mendalam sampai sekarang. Jumlahnya korbannya mencapai ratusan ribu orang baik yang masih hidup atau yang sudah meninggal. Para korban dua bom atom yang selamat sering disebut dengan hibakusha atau orang yang terkena ledakan.
Para Hibakusha ini keadannya amat menyedihan. Pada awalnya mereka mendapatkan diskriminasi dan stigma negetif dari masyarakat. Tak salah banyak hibakusha ini getol mengobarkan semangat damai dan anti terhadap senjata nuklir. Salah satunya adalah Yuki Miyamoto (54 tahun). Ia adalah seorang profesor dan generasi kedua “hibakusha. Ia pergi ke AS untuk menempuh studi tentang etika dan pekerjaannya sekarang sebagai dosen di Universitas DePaul di Chicago berfokus pada mata kuliah tentang nuklir.
Dosen di Universitas DePaul di Chicago berfokus pada mata kuliah tentang nuklir mengajarkan murid-muridnya di sebuah universitas Amerika Serikat tentang dampak mengerikan dari senjata nuklir.
Ia mengatakan banyak orang di AS yang masih percaya “mitos” bahwa bom atom membantu menyelamatkan banyak nyawa orang Amerika dengan mempercepat berakhirnya Perang Dunia II. Miyamoto tidak habis pikir dengan pembenaran yang disebarkan di Amerika Serikat (AS) untuk aksi penjatuhan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki pada Agustus 1945.
Hukum Pemulihan Korban Selamat Bom Atom mendefinisikan hibakusha sebagai orang-orang yang masuk dalam salah satu dari kategori berikut yaitu berada pada beberapa kilometer dari hiposenter bom tersebut, berada pada 2 km dari hiposenter pada dua minggu serangan bom tersebut, terkena radiasi dari penjatuhan;, atau belum lahir pada saat itu namun dikandung oleh wanita hamil yang termasuk dari kategori-kategori tersebut.
Pada awalnya para Hibakusha ini sering mendapatkan diskriminasi karena dianggap menyebarkan penyakit menular. Pada 1957, Parlemen Jepang membuat sebuah hukum yang memberikan pelayanan pengobatan gratis bagi hibakusha. Pada 1970an, hibakusha non-Jepang yang selamat dari serangan bom atom tersebut mulai meminta hak untuk pelayanan pengobatan gratis dan hak untuk tinggal di Jepang untuk persiapan. Pada 1978, Dewan Tinggi Jepang memberikan pula orang-orang tersebut pelayanan pengobatan gratis ketika singgah di Jepang.
Tempat-tempat peringatan di Hiroshima dan Nagasaki berisi daftar-daftar nama dari hibakusha yang diketahui telah meninggal sejak serangan bom tersebut. Daftar nama tersebut diperbaharui setiap tahun pada hari peringatan serangan bom atom tersebut. (Dari berbagai sumber)