Suguhan hanami dango biasanya dinikmati selama musim semi sambil melihat bunga sakura dan sering disajikan dengan tusuk sate, dengan tiga bola warna berbeda ditumpuk satu sama lain.
halojapin.com. Musim semi di Jepang adalah saat yang penuh kegembiraan dan perayaan. Tidak hanya cuaca akhirnya mulai menghangat setelah musim dingin yang panjang dan dingin, tetapi bunga sakura, atau sakura, sedang mekar penuh.
Sepanjang tahun ini dikenal sebagai hanami, yang secara harfiah berarti “melihat bunga”. Selama hanami, orang-orang di seluruh Jepang berkumpul dengan keluarga dan teman untuk berpiknik dan mengagumi bunga sakura yang indah. Dan piknik hanami belum lengkap tanpa suguhan lezat yang dikenal sebagai hanami dango.
Manisan tradisional Jepang yang terbuat dari tepung beras mochi. Mochi adalah sejenis kue beras yang terbuat dari beras ketan yang ditumbuk menjadi pasta yang lengket dan kenyal. Untuk membuat hanami dango, tepung beras mochi dicampur dengan air hingga membentuk adonan yang kemudian dibentuk menjadi bola-bola kecil dan direbus. Hasilnya adalah pangsit lembut dan kenyal yang sedikit manis dan memiliki rasa nasi yang lembut.
Makanan ini digolongkan sebagai makanan ringan yang populer untuk piknik hanami. Namun juga dapat ditemukan di toko dan kafe manisan Jepang sepanjang musim semi. Faktanya, banyak orang Jepang menantikan hanami dango sebagai simbol musim semi dan datangnya cuaca yang lebih hangat.
Suguhan ini biasanya dinikmati selama musim semi sambil melihat bunga sakura, yang dikenal sebagai hanami. Hanami dango sering disajikan dengan tusuk sate, dengan tiga bola warna berbeda ditumpuk satu sama lain. Warna hanami dango juga simbolis. Bola bagian atas biasanya berwarna merah muda, melambangkan kebahagiaan dan keberuntungan. Bola tengah berwarna putih, melambangkan kemurnian dan kepolosan. Dan bola bagian bawah berwarna hijau, melambangkan awal dan pertumbuhan baru.
Hanami dango tidak hanya lezat, tetapi juga merupakan bagian penting dari budaya Jepang. Hidangan ini telah dinikmati selama berabad-abad selama musim hanami, dan terus menjadi suguhan favorit hingga saat ini. Nyatanya, banyak orang Jepang yang senang membuat hanami dango di rumah bersama keluarga sebagai salah satu cara merayakan datangnya musim semi.
Makanan ini terbuat dari tepung beras mochi dan disajikan dalam tiga warna, merupakan simbol kebahagiaan, kesucian, dan awal yang baru. Apakah dinikmati di piknik hanami atau di toko manisan, hanami dango adalah bagian favorit musim semi di Jepang. Dengan menikmati suguhan lezat ini, kita diingatkan untuk menghargai keindahan hidup dan momen singkat yang membuatnya begitu istimewa.
Cemilan ini mulai populer setelah Toyotomi Hideyoshi menyajikannya kepada tamunya di acara hanami di Kuil Daigoji di Kyoto pada tahun 1598. Penganan ikonik ini selalu hadir dengan tiga pangsit, satu merah muda, satu putih dan satu hijau yang kemudian ditusuk seperti sate. Oleh sebab itu sering juga disebut sebagai sanshoku (tiga warna) dango.
Cemilan ini mulai populer setelah Toyotomi Hideyoshi menyajikannya kepada tamunya di acara hanami di Kuil Daigoji di Kyoto pada tahun 1598.
Ada yang mengatakan bahwa warna-warna ini dipilih karena mewakili siklus hidup sakura yang dimulai dari kuncup merah muda. Kemudian berubah menjadi bunga putih dan akhirnya menjadi daun hijau. Warnanya juga dianggap mengacu pada musim yaitu merah muda untuk mekar musim semi, putih untuk musim dingin bersalju, dan hijau untuk dedaunan musim panas.
Selain sebagai camilan yang enak, hanami dango juga memiliki makna yang lebih dalam. Itu mewakili keindahan dan kefanaan hidup, seperti bunga sakura itu sendiri. Sama seperti bunga sakura yang hanya mekar sebentar setiap tahun, hanami dango hanya tersedia selama musim hanami. Dengan menikmati suguhan lezat ini, kita diingatkan untuk menghargai saat-saat indah yang cepat berlalu dalam hidup kita.