halojapin.com. Jepang dikenal sebagai negara yang kaya akan festival. Salah satu diantaranya adalah festival bintang atau festival Tanabata. Acara ini adalah untuk menyambut musim panas di Jepang .Tanabata adalah salah satu dari lima festival musiman tradisional diadakan di Istana Kekaisaran Jepang.
Dalam Festival Tanabata anak-anak dan orang dewasa berbondong-bondong membuat harapan dengan melihat ke bintang. Disebut dengan Festival Bintang karena pada kalender lunar bintang Vega dan Altair bertemu di langit malam, sebuah peristiwa yang dikaitkan dengan legenda Orihime dan Hikobosi.
Konon tanabata terinspirasi oleh legenda Tiongkok kuno yang dipadu dengan tradisi Shinto. Festival ini biasanya diadakan di bulan Juli dan Agustus.
Biarpun memiliki tradisi lokal, namun festival Tanabata dapat dikenali dari banyaknya kertas yang berwarna-warni dan tergantung di cabang pohon bambu yang besar. Kertas tersebut berisikan harapan yang ditulis tangan untuk musim yang akan datang.
Tanabata sendiri memiliki arti “Malam ketujuh” dimana dalam Kanji dituliskan seperti ini 七夕. Pada awalnya ini dibaca sebagai “shichiseki” (“shichi” dibaca 七, yang berarti Tujuh, dan “seki” dibaca dengan 夕, yang berarti malam), tetapi setelah festival tersebut digabungkan dengan upacara Shinto, pembacaan kanji berubah menjadi “Tanabata,” sementara mereka tetap mempertahankan arti aslinya dari malam ketujuh.
Festival Tanabata sendiri diperkenalkan pertama oleh permaisuri Kōken pada tahun 755. Menurut sejarahnya festival ini kemudian diadopsi oleh istana kekaisaran Kyoto pada periode Heian (794 – 1185).
Mulanya Tanabata dikenal di Jepang sebagai Kikkoden atau “Festival untuk memohon keterampilan,” yang terinspirasi oleh festival Qixi di Cina. Pada waktu itu para gadis akan membuat harapan mereka ke surga serta memohon peningkatan keterampilan kerajinan tangan dan menjahit.
Pada saat itu, perayaan Kikkoden bersamaan dengan kalender lunar sebagai upacara penyucian tradisional Shinto Jepang yang terkait juga dengan menenun. Dalam upacara tersebut, seorang “miko” Shinto akan menenun pakaian yang rumit pada alat tenun khusus. Nah, alat tenun tersebut dikenal sebagai “Tanabata”.
Kemudian pakaian yang ditenun itu dipersembahkan kepada dewa Shinto untuk didoakan agar panen lebih baik. Karena upacara Shinto dan Kikkoden hampir bersamaan waktunya maka keduanya kemudian digabung. Akhirnya lahirlah festival Tanabata yang dikenal hingga kini. Tanabata bukan merupakan hari libur nasional disana, tetapi merupakan acara yang sangat dicintai di Jepang. (Artikel ini disadur dari laman japanstation)***