HALO JAPIN. Ada ragam lonceng yang menghiasi rumah-ruah di Jepang pada musim panas. Salah satunya adalah Edo Furin. Lonceng ini mempunyai ciri khas yaitu bentuknya bulat, dibawahnya ada gantungan kertas dan terbuat dari kaca. Kertas yang ada menjadi penggerak bola, sehingga lonceng berbunyi ketika tertiup angin.
Lonceng di Jepang memang tidak hanya identik dengan musim panas, tetapi juga mempunyai makna untuk mengusir roh jahat dan penyakit. Furin yang secara harfiah dapat dimaknai dengan lonceng angin ini biasanya ditemukan di balkon dan beranda rumah. Kebanyakan lonceng angin Jepang terdiri dari tiga bagian: mangkuk atau bagian luar berbentuk lonceng, yang dikenal sebagai gaiken atau genta lonceng, zetsu bisa dibilang yang paling khas dari furin , dan tanzaku , potongan kertas warna-warni yang menggantung dan berkibar di angin musim panas.
Dalam sejarahnya furin merupakan alat untuk meramal yang berasa dari Tiongkok atau yang kerap disebut dengan senfutaku. Lonceng angin Cina ini akan dibawa ke hutan dan digantung di batang bambu. Bunyi lonceng yang disebabkan oleh angin kemudian ditafsirkan untuk meramal tanda nasib baik atau buruk.
Penggunaan lonceng ini kemudian menyebar luas di Jepang pada masa Dinasti Heian Awalnya digunakan di kuil Buddha. Lambat laun juga digunakan oleh bangsawan dan masyarakat yang dipercaya dapat mengusir roh jahat.
Edo furin yang paling populer saat ini. Furin yang dibuat dari kaca ini adalah peninggalan zaman Edo (1603-1867). Lonceng angin Edo furin dibuat dengan cara meniup. Pembuatannya adalah bahan gelas kaca ditiup dengan hati-hati sehingga berbentuk seperti gelembung kecil. Kawat untuk menggantung ditempatkan ke dalam gelembung kaca selama proses peniupan, dan lubang dipotong ke dalam gelembung kaca dan dihaluskan dengan batu asahan.
Untuk desain hiasnya ada berbagai macam seperti gambar bunga atau ikan musim panas. Uniknya gambar ada di dalam kaca yang tentunya butuh ketelatenan yang luar biasa. Gambar-gambar tersebut dipercaya sebagai bentuk keberuntungan
Saat ini hanya ada lima atau enam studio Edo furin di Tokyo setelah Perang Dunia II. Salah satunya adalah studio Shinohara. Konon istilah “Edo furin” diciptakan oleh kakek Shinohara, yang merupakan ahli terkemuka dalam kerajinan itu. (Dari berbagai sumber) ***