HALO JAPIN. Ketatnya pembatasan masuk ke Jepang membuat beberapa pebisnis kecewa. Seruan agar Jepang melonggarkan aturan ketat warga asing semakin meningkat. Beberapa kelompok lobi bisnis dan mahasiswa memperingatkan bahwa ketatnya pembatasan akan merusak ekonomi dan reputasi Jepang di mata internasional.
“Larangan Jepang untuk masuk oleh pelancong bisnis dan pelajar benar-benar menimbulkan peningkatan biaya ekonomi. Larangan dan moratorium penerbitan visa baru telah menghalangi perusahaan Jepang dan global untuk mendatangkan talenta yang mereka butuhkan. Dan itu pasti menghambat upaya untuk menghidupkan kembali ekonomi Jepang, “Christopher LaFleur, penasihat khusus Kamar Dagang Amerika di Jepang (ACCJ), mengatakan pada konferensi pers Rabu sore di Klub Koresponden Asing dari Jepang.
Disebutkan oleh LaFleur, bahwa dirinya telah berbicara dengan kelompok bisnis asing lain yang berbasis di Jepang. “Dalam jangka panjang, larangan tersebut telah menempatkan hambatan nyata dalam pertumbuhan masa depan Jepang dengan membatasi pasokan talenta baru yang perlu direkrut oleh semua bisnis kami untuk mempertahankan dan mengembangkan bisnis kami di sini di Jepang,” tambahnya.
Laman japantimes.co jp menulis bahwa Januari lalu, Perdana Menteri Fumio Kishida mengumumkan bahwa larangan masuk bagi warga negara asing akan diperpanjang hingga akhir Februari. Larangan tersebut telah berlaku sejak 30 November. “Situasi infeksi terkait omicron jelas berbeda di dalam dan luar negeri, sehingga kerangka (kontrol perbatasan saat ini) akan dipertahankan hingga akhir Februari,” kata Kishida kepada wartawan saat mengumumkan perpanjangan pada 11 Januari.
Sementara itu Marcus Schuermann, delegasi Industri dan Perdagangan Jerman di Jepang, yang mewakili sekitar 450 perusahaan, mengatakan bahwa survei yang dilakukan baru-baru ini menunjukkan bahwa 23% responden telah kehilangan proyek bisnis terkait dengan larangan masuk. Dari perusahaan-perusahaan itu, 20% responden mengatakan kerugian mereka mencapai €10 juta (sekitar 1,32 miliar).
“Komunitas bisnis Jerman, tentu saja, selama bertahun-tahun menikmati hubungan bisnis yang sangat baik dan stabil di sini dengan Jepang, juga di antara mitra yang berpikiran sama. Ini juga membenarkan tingginya biaya operasional di Jepang. Tapi sikap positif ini memudar,” katanya.
Marcus menambahkan bahwa survei tersebut juga menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan sedang mengurangi operasi mereka di Jepang. Selain itu juga mempertimbangkan untuk pindah ke alternatif regional di bagian lain Asia.
Sedangkan Michael Mroczek, Ketua Dewan Bisnis Eropa di Jepang mengatakan bahwa pemerintah Jepang menyadari bahwa pembatasan perjalanan menyebabkan masalah dan berdampak negatif pada perekonomian. “ Perdana menteri meyakinkan saya bahwa dia akan melihat situasi dan perkembangan tidak hanya di dalam negeri tetapi juga di tempat lain,” kata Mroczek.
Akhir bulan lalu, kepala Federasi Bisnis Jepang, juga dikenal sebagai Keidanren, mengatakan “tidak realistis” bagi pemerintah untuk melarang masuknya warga negara asing. Di bawah pembatasan, warga negara asing bukan penduduk tidak diizinkan masuk, dan ada batasan sekitar 3.500 orang yang tiba di Jepang setiap hari.***
Respon (1)