Warga net Jepang ada yang setuju dan ada yang menganggapnya sebagai aturan yang berlebihan dari restiran ramen tersebut
halojapin.com. Sebuah restoran ramen yang ada di distrik Takadanobaba, Tokyo membuat kebijakan unik. Para pelanggannya dilarang menonton video yang ada di ponsel saat makan. Aturan ini kemudian menimbulkan pro kontra warga net Jepang. Ada yang setuju dan ada yang menganggapnya sebagai aturan yang berlebihan.
Restoran Debu-chan menggunakan aturan tersebut mulai tanggal 16 Maret lalu. Menurut pemiliknya yang bernama Kota Kai ada beberapa alasan mengapa melakukan kebijakan tersebut. Pertama, Kai merasa terganggu karena melihat pelanggan lebih fokus pada ponsel mereka daripada makanan mereka sehingga tidak bisa merasakan apa yang dimakan. “Sangat menyakitkan bagi saya melihat ramen yang saya buat dengan jiwa saya hancur tepat di depan mata saya,” katanya.
Alasan kedua lebih praktis. Seperti banyak restoran ramen, Debu-chan tidak memiliki kapasitas tempat duduk yang sangat besar, dan cukup populer sehingga orang sering mengantri di luar dan menunggu tempat duduk dibuka. “Pasti sulit bagi orang-orang yang menunggu untuk melihat orang-orang yang duduk sebelum mereka bersantai dengan video,” ujar Kota. Kebijakan tanpa video ini jelasm akan mempercepat masuk dan keluarnya para pelanggan dengan cepat sehingga pelanggan tidak lama untuk menunggu antrian.
Pasti sulit bagi orang-orang yang menunggu untuk melihat orang-orang yang duduk sebelum mereka bersantai dengan video,
Apa yang dilakukan Debu-chan memicu perdebatan di dunia maya karena hal ini mengatakan bahwa menyentuh sejumlah nilai budaya dan norma masyarakat Jepang. Banyak komentar di twitter memuji larangan video di Debu-chan, yang lain merasa itu adalah otoritas yang berlebihan di pihak restoran. Pada satu sisi masyarakat Jepang memiliki tingkat penghormatan yang tinggi terhadap makanan dan koki, dan mengosongkan meja tepat waktu.
Di sisi lain, ramen oleh masyarakat Jepang dianggap sebagai makanan yang biasa sehingga dapat dinikmati tanpa kepura-puraan. Sebab sudah umum hal yang lumrah bagi restoran ramen dimana terlihat tumpukan atau rak manga untuk dibaca pelanggan atau TV untuk mereka tonton. Jadi tidak ada tabu di seluruh industri ramen di Jepang mengenai santapan yang mengganggu.