Bus self-driving Level 4 menurut mereka bisa menjadi solusi kekurangan pengemudi yang semakin parah.
HALOJAPAN.COM. Bus otonom semakin populer di Jepang. Dalam survei baru-baru ini menyebut hampir 68 persen dari semua prefektur di Jepang mempertimbangkan bus swa kemudi ini untuk angkutan masal mereka. Bus self-driving Level 4 menurut mereka bisa menjadi solusi kekurangan pengemudi yang semakin parah.
Dalam survei yang dilakukan Kyodo News menyebutkan 32 dari 47 prefektur di Jepang, atau 68 persen, sedang mempertimbangkan pengenalan bus swa kemudi level 4 ini. Menurut survei tersebut penggunaan mencerminkan ekspektasi yang semakin besar terhadap teknologi ini.
Beberapa tantangan Bus Swa Kemudi
Kemudian ketika ada pertanyaan apakah prefektur yang mempertimbangkan penggunaan bus swa kemudi level dua. Ternyata ada 36 prefektur yang berencana bereksperimen dengan atau menggunakan bus Level 2 yang kurang otonom. Pada bus otonom level 2 ini memungkinkan pengemudi manusia melepaskan tangan mereka dari kemudi. Selain itu juga ada bantuan dalam pengereman dan akselerasi.
Pada bulan April lalu, Jepang merevisi undang-undang lalu lintas jalan raya. Revisi UU tersebut membuka jalan bagi kendaraan tanpa pengemudi Level 4 untuk beroperasi jalanan umum. Saat ini persiapan sedang berlangsung terutama bus-bus untuk angkutan di Osaka yang menjadi tuan rumah Pameran Dunia 2025.
Dalam survei yang berlangsung bulan November dan Desember menyebut sebanyak 39 prefektur menyatakan mereka yakin bus otonom Level 4 sangat perlu. Salah satu alasannya adalah kebutuhan untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja dan membuat orang-orang di pegunungan dan daerah terpencil dapat transportasi mengaksesnya.
Meskipun ekspektasi terhadap bus self-driving di jalan umum cukup tinggi, namun permasalahan keselamatan masih tetap ada. Dalam survei tersebut, banyak prefektur menggarisbawahi perlunya memastikan keamanan dan keuntungan.
Melansir laman maimainichi.jp ada beberapa kasus terhadap layanan bus otonom level 4 ini. Pada Mei lalu terjadi penghentian layanan di Eiheiji, Prefektur Fukui. Penyebabnya adalah tabrakan kecil dengan sepeda. Kemudian di Fukuoka selama uji coba bulan November, sebuah bus Level 2 mengalami tabrakan kecil dengan taksi. Namun dalam peristiwa tersebut tidak ada yang terluka. Selain itu penerimaan publik menjadi tantangan lainnya. Dalam survei MM Research Institute yang menargetkan 3.000 orang, 40 persen menyebut kekhawatiran akan keselamatan sebagai kelemahan kendaraan tanpa pengemudi.