HALO JAPIN. Membangkitkan dunia pariwisata Indonesia menjadi komitmen Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Tokyo. Bekerjasama dengan Proyek Pelangi, mereka memperkenalkan ragam budaya Indonesia mulai dari seni tari, kuliner hingga kain atau wastra.
Hal itu dikemukakan oleh Yusli Wardiatno, Atase Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Atdikbud RI) di Tokyo saat hadir dalam pagelaran budaya Indonesia bertajuk “Indonesia Night” yang berlangsung di Wilayah Kokubunji-shi, Jepang, Minggu (27/3)
“Dengan jumlah suku lebih dari 700, Indonesia sangat kaya budaya dan bahasa. Kita berharap agar semakin banyak warga Jepang yang kembali mengunjungi Indonesia untuk menggairahkan kembali sektor pariwisata Indonesia. Dengan catatan, pengunjung yang masuk ke Indonesia mematuhi peraturan keimigrasian dan protokol kesehatan, salah satunya dengan memiliki bukti vaksinasi yang dipersyaratkan,” ucap Yusli.
Menurut Yusli promosi kebudayaan Indonesia di Jeoang oleh diaspora dan warga Jepang keturunan Indonesia pun terus berjalan. “Lewat berbagai perkenalan ragam budaya Indonesia, baik tarian, musik, kuliner dan wastra (kain), KBRI Tokyo terus mendorong minat warga Jepang mendalami budaya negara kita yang amat kaya,” ucap, , ketika dihubungi Selasa (30/3).
Acara Indonesian Night ini adalah kerja sama Proyek Pelangi dengan KBRI. Adapun proyek pelangi sendiri dimotori inisiatif oleh warga Jepang keturunan Indonesia, Miki Nakai bersama dengan, Tini Kodrat pemilik Sanggar Tari Duta Melati pimpinan diaspora Indonesia di Jepang
Miki mengatakan bahwa Proyek Pelangi merupakan kelompok yang didirikan empat orang alumni Jakarta Japanese School yakni Miki Nakai, Anna Takagi, Kana Kakinuma, dan Mao Handa. Komunitas ini sebagai wadah pelaksanaan berbagai acara budaya Indonesia.
“Proyek Pelangi ingin mengungkapkan daya tarik Indonesia terutama kepada orang-orang Jepang yang belum banyak mengetahui Indonesia. Sementara, di Indonesia banyak orang tertarik dengan budaya Jepang, terutama anime, lagu, bahasa, dan masakan Jepang. Maka dari itu, kami juga ingin menarik minat orang Jepang terhadap berbagai budaya Indonesia lainnya yang juga indah dan mengagumkan, selain budaya dan keindahan Pulau Bali yang amat terkenal,” tutur Miki.
Acara Indonesia Night yang berdurasi 150 menit ini menampilkan pertunjukan dan (workshop) lokakarya angklung, tarian dari beberapa daerah di Indonesia. Selain itu ada pameran, dan peragaan busana wastra yang bercorak berbeda sesuai asalnya. Tari yang ditampilkan antara lain Tari Jawa bernama Manipuren, Tari Pakarena dari Sulawesi, Tari Muli Batanggai dari Sumatera, dan Tari Cenderawasih asal Bali. Ada juga permainan angklung memperdengarkan lagu Sakura dan Sarinande. Pada kesempatan tersebut pengunjung juga diajak mencoba memainkan alat musik angklung bersama.
Selain itu pagelaran wastra Indonesia dilengkapi dengan penjelasan motif dari setiap wastra dan pemakaiannya pada generasi muda Jepang. Sedangkan pameran wastra memperlihatkan beberapa jenis kain seperti batik Indramayu dan sejumlah tenun dari pelbagai daerah. “Pengunjung terlihat sangat menikmati seluruh kegiatan dengan wajah puas,” tutur Miki.***