Rencananya penjara tua ini akan beroperasi pada musim semi 2026 mendatang dan akan memiliki 48 kamar tamu yang mewah.
halojapin.com. Sebuah penjara tua berlantai dua di Nara, Jepang Barat akan berubah menjadi hotel mewah. Rencananya bekas penjara ini akan beroperasi pada musim semi 2026 mendatang. Hotel ini akan memiliki 48 kamar tamu yang mewah.
Menurut pengembangnya Hoshino Resorts Inc, para tamu bisa segera tidur seperti di ruang tahanan VIP. Pihak pengembang merenovasi sel dan mengubahnya menjadi satu ruangan. Sebuah restoran dan museum yang menceritakan sejarah bekas penjara juga akan ada dalam hotel tersebut.
Perusahaan Hoshino Resorts terkenal dengan berbagai jaringan bisnisnya. Salah satunya adalah penginapan sumber air panas bergaya Jepang Kai dan hotel wisata perkotaan Omo. Dari jumlah tersebut, mempunyai hotel mewah yang beroperasi di lokasi antara lain Tokyo, Kyoto, Okinawa, dan Taiwan.
Proyek pembangunan hotel ini menggunakan metode konsesi. Metide ini adalah kepemilikan properti tetap berada di tangan pemerintah pusat dan hak pengelolaannya ada pada sektor swasta. Metode ini merupakan upaya pertama di Jepang untuk membuka hotel dari bekas penjara.
Penjara tua Nara selesai pembangunannya pada tahun 1908. Penjara ini adalah salah satu dari “lima penjara besar” pada era Meiji (1868-1912). Adapun perancangnya adalah oleh Keijiro Yamashita, seorang pekerja publik di Kementerian Hukum yang merancang banyak penjara dan gedung pengadilan di seluruh dunia.
Para tahanan sebagian besar melakukan pekerjaan konstruksi. Batu bata bata yang digunakan dipasok dari tempat pembakaran yang mereka bangun sendiri. Bangunan bergaya Romawi ini terdiri dari lima bangunan memanjang yang tumbuh secara radial dari tengah, sehingga penjaga dapat dengan mudah mengawasi semua lorong. Dari atas bentuknya menyerupai telapak tangan dengan jari-jari terentang
Bangunannya sendiri terdiri lima blok sel yang dengan pos. Setelah menjadi pusat penahanan remaja selama bertahun-tahun, usia fasilitas dan faktor lainnya memaksa penutupannya pada tahun 2017. Selama penutupan ada kekhawatiran akan ketahanan terhadap gempa. Sejak saat itu, tempat ini menjadi aset budaya penting dan menjadi tempat wisata populer bagi wisatawan.