halojapin.com. Krisis tenaga kerja melanda Jepang. Dalam sebuah survei terbaru disebutkan bahwa lebih dari separuh perusahaan Jepang kekurangan karyawan. Penyebabnya antara lain adalah masalah populasi penduduk. Selain itu adanya pelambatan ekonomi dan belum pulihnya kegiatan ekonomi.
Dilansir dari kyodonews.net lebih dari 11.000 bisnis yang disurvei pada bulan September oleh Teikoku Databank Ltd., 50,1 persen mengatakan mereka merasakan krisis tenaga kerja. Mayoritas perusahaan mengatakan krisis tenaga kerja ini sejak November 2019.
Sebanyak 30,4 persen bisnis juga mengatakan ada kekurangan pekerja tidak tetap. Restoran dan sektor perhotelan, yang secara tradisional memiliki rasio pekerja tidak tetap lebih tinggi mengatakan masing-masing memiliki kekurangan pegawai sebesar 77,3 persen dan 62,3 persen.
Untuk karyawan tetap, krisis paling terasa di sektor jasa informasi sebesar 71,3 persen. Selanjutnya diikuti oleh rekrutmen 65,0 persen, dan industri pemeliharaan dan keamanan 64,6 persen. Teikoku Databank melakukan survei antara 15 dan 30 September, dan menerima tanggapan yang valid dari 11.621 perusahaan.
Menurut Teikoku Databank, adanya pelonggaran kontrol perbatasan dan program diskon perjalanan pemerintah untuk meningkatkan pariwisata telah meningkatkan harapan untuk pemulihan industri lebih lanjut. Namun beberapa perusahaan juga khawatir bahwa mereka mungkin tidak dapat memenuhi permintaan pasar karena kekurangan tenaga kerja.