Notice: Function _load_textdomain_just_in_time was called incorrectly. Translation loading for the jetpack domain was triggered too early. This is usually an indicator for some code in the plugin or theme running too early. Translations should be loaded at the init action or later. Please see Debugging in WordPress for more information. (This message was added in version 6.7.0.) in /home/kobacoid/public_html/halojapin.com/wp-includes/functions.php on line 6114
Keindahan Kain Songket Minangkabau Dipemerkan Di Jepang - Halo Japin
Berita Jepang dan Indonesia Terkini
Berita  

Keindahan Kain Songket Minangkabau Dipemerkan Di Jepang

Pameran seni dan budaya Indonesia “Exploring the Beauty of Indonesia” di Hideo Gallery, Tokyo. ( Foto dok: KBRI Tokyo)

halojapin.com. Kain songket Minangkabau dipamerkan di Jepang. Dengan tajuk Exploring the Beauty of Indonesia with Hideo, juga memerkan kain-kain khas Indonesia lainya. Pada pameran ini budayawan Sumatra Barat Sativa Sutan Aswar hadir membedah kain khas Minang ini.

Pada acara yang berlangsung di Tokyo, Sativa mempresentasikan makalahnya yang berjudul “Songket of Minangkabau: Raising Hidden Threads”. Di dalamnya Sativa mengungkapkan tentang sejarah hingga upaya revitalisasi songket yang kini mulai pudar.

Selain itu Sativa juga menjelaskan fungsi, motif, ornamen, warna songket dari masa ke masa menjadi salah satu jati diri masyarakat Minangkabau. Berbagai motif yang tampilkan yaitu pucuak rabuang (pucuk rebung), kaluak palu dan itiak pulang patang (itik pulang petang). Kemudian ada motif ramo-ramo (kupu-kupu), bada mudiak, limpapeh, sajamba makan, hingga sayik kalamal. Selain itu ada penjelasan juga tentang motif tampuak manggih dan balah kacang.

“Saya selalu mengatakan motif itu adalah ayat-ayat kehidupan yang diambil dari alam dan berkembang jadi guru. Banyak ayat-ayat Allah terdapat dalam alam semesta yang disiapkan untuk kita,” katanya.

Songket, menurut Sativa, cermin dari setiap fase kehidupan dalam berbagai ritual adat. Ia mencontohkan motif songket untuk ba’inai (malam sebelum pernikahan bagi mempelai wanita)dan perkawinan (pernikahan). Ada juga motif manjalang mintuo (silaturahmi istri kepada orang tua suami), menujuh bulan (tujuh bulan kehamilan) dan turun mandi (tradisi pertama kali bayi menapaki tanah).

Revitalisasi Kain Songket

Saat ini, lanjut Satva songket semakin terancam dari tren-tren pakaian modern, terutama dari luar negeri. “Saat ini kondisi songket sangat menggenaskan, untuk itu kita harus menjaga dan melestarikan warisan dari nenek moyang kita,” katanya. Sativa sejak 1996 memulai merevitalisasi kain songket setaleh kembali ke kampung halamannya. Kemudian mengajarkan kembali para perajin serta mengajak warga untuk memakainya kembali.

Dia juga memodifikasi warna songket agar kaum muda menikmatinya namun dengan tetap mempertahankan motif yang sejak dahulu telah ada. “Kita harus menggunakan pakaian kita sendiri sebagai jati diri bangsa, jangan sampai meninggalkan budaya kita. Salah satu yang saya pelajari dari Jepang juga akar budaya mereka tidak tercabut dari akarnya. Meskipun teknologi mereka luar biasa maju pesat,” katanya.

Dalam kesempatan sama, Duta Besar Republik Indonesia untuk Jepang Heri Akhmadi menilai bahwa pameran yang pengerjaannya dengan gotong royong, swadaya. Hal ini mencerminkan ketulusan dari kedua warga negara. “Ini hal yang sangat menarik, pameran tidak megah tapi cantik dan mencerminkan kerja sama yang tulus dari masyarakat Jepang dan Indonesia,” katanya.

Tidak hanya kain songket, kain batik, tenun dari berbagai daerah di Indonesia juga tampil dalam pameran yang berlangsung dari 21 Agustus hingga 1 September 2023 itu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *