HALO JAPIN. Ditengah gelombang keenam pandemi, Pemerintah Jepang pertimbangkan mengurangi masa karantina dari 10 hari menjadi tujuh hari. Keputusan tersebut berdasarkan pada pendapat para ahli dan bukti ilmiah
“Jika memungkinkan, kami sedang mempertimbangkan untuk mempersingkatnya menjadi delapan atau tujuh hari,” kata Perdana Menteri Fumio Kishida pada program TV TBS pada Kamis malam. Keputusan itu diambil saat gelombang yang disebabkan varian Omicron yang sangat menular. Pada Jumat otoritas mencatat 81.811 kasus baru, dengan Tokyo saja melaporkan 17.631 kasus.
Menurut PM Kishida, keputusan tersebut diambil berdasarkan pendapat para ahli dan bukti ilmiah baru, dan menyatakan bahwa Jepang harus menyeimbangkan antara menekan infeksi COVID-19 dan menjaga aktivitas di masyarakat.
Disebutkan bahwa masa karantina untuk pegawai esensial di area pengobatan medis, kepolisian, penitipan anak dan perawatan khusus lansia akan dipersingkat dari enam hari saat ini menjadi lima hari dengan menggunakan kombinasi dua tes COVID-19.
Pada 14 Januari pemerintah Jepang mengurangi masa karantina dari 14 menjadi 10 hari. Namun pelaku sektor usaha meminta pengurangan lebih lanjut, mengingat karakteristik varian baru. Institut Penyakit Menular Nasional Jepang mengatakan bahwa 94,5% pasien omicron yang dikonfirmasi mengalami gejala dalam tujuh hari setelah kontak dengan virus dan 99,2% dalam 10 hari.
Menurut Institut Nasional untuk Penyakit Alergi dan Menular Jepang, kemungkinan untuk muncul gejala varian Omicron kurang dari satu persen pada hari ke-10 setelah terpapar virus, dibanding dengan lima persen pada hari ke tujuh
Periode isolasi yang direkomendasikan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS untuk mereka yang terinfeksi virus dan kontak dekat mereka adalah lima hari. Jika sistem pelayanan kesehatan setempat mengalami kesulitan akibat lonjakan pasien COVID-19, tenaga medis tidak perlu melakukan isolasi asalkan tidak menunjukkan gejala.***
Respon (1)