Kebijakan untuk pengasuhan anak tersebut bertujuan untuk mengatasi penurunan angka kelahiran. Namun ada beberapa masalah yang belum terselesaikan salah satunya pembiayaan paket pengeluaran utama.
halojapin.com. Untuk menopang kebijakan pengasuhan anak, pemerintah Jepang akan mengumpulkan dana sebesar tiga triliun yen (Rp 323 triliun ) per tahun. Kebijakan tersebut bertujuan untuk mengatasi penurunan angka kelahiran.
Menurut informasi Pemerintah Jepang pada Maret lalu menyusun rencana untuk meningkatkan pengasuhan anak selama tiga tahun mendatang. Namun ada beberapa masalah yang belum terselesaikan salah satunya pembiayaan paket pengeluaran utama. Dalam susunan paket tersebut seperti ada masalah seperti kenaikan pajak atau utang yang belum terselesaikan.
Dalam skema perencanaan pendananaan, pemerintah akan memperbesar dana tersebut secara bertahap selama tiga tahun sejak tahun fiskal 2024/2025. Pemerintah juga akan mengamankan jumlah kebutuhan dana paling lambat pada akhir periode kebijakan itu. Padahal pemerintah Jepang mengalokasikan dan 6,1 triliun yen (sekitar Rp657 triliun) pada tahun fiskal terakhir untuk menangani penurunan jumlah kelahiran.
Kishida mengatakan pemerintah akan mengidentifikasi dana untuk kebijakan pengasuhan anak itu pada Juni.
Mengutip laman antaranews, beberapa anggota parlemen dari partai yang berkuasa telah memberikan gagasan untuk mengeluarkan obligasi tambahan. Hal berlaku kalau obligasi tambahan itu bertujuan untuk pendidikan dan dapat membantu generasi mendatang.
Sementara itu, pemerintah saat sedang berjuang untuk mendapatkan sumber pendapatan yang aman. Padahal Kishida telah mengumumkan rencana untuk meningkatkan bantuan pengasuhan anak, menyusul rencana pengeluaran besar lainnya untuk menggandakan pengeluaran militer nasional.
Semakin Terbebani Utang
Rencana-rencana tersebut akan semakin membebani utang publik Jepang. Saat ini keadaan jumlah utang negara tersebutsudah sangat buruk. Bahkan jumlahnya dua kali lebih besar dari penghasilan ekonomi tahunan.
Jepang adalah salah satu negara dengan penuaan masyarakatnya yang tercepat di dunia. Di negara itu, jumlah bayi yang baru lahir turun di bawah 800.000 bayi untuk pertama kalinya. Sebelumnya sempat mencapai puncak di angka 2,09 juta pada 1973 –ketika terjadi ledakan angka kelahiran kedua.
Menurunnya tren angka kelahiran telah disalahkan sebagai penyebab kekurangan tenaga kerja yang memburuk dan berkurangnya potensi pertumbuhan ekonomi jangka panjang.