Seni pertunjukkan boneka Bunraku ini tergolong unik dengan melibatkan tiga unsur di dalamnya
halojapin.com. Salah satu seni tradisonal pertunjukkan Jepang yang masih bertahan hingga sekarang adalah kesenian bunkaru. Seni pertunjukkan boneka ini tergolong unik dengan melibatkan tiga unsur di dalamnya. Kesenian bunkaru adalah aset budaya yang dilindungi oleh UNESCO sebagai Intangible Cultural Heritage di tahun 2003.
Boneka-boneka golek dari pertunjukan Bunraku berukuran setengah dari besarnya tubuh manusia. Matanya bisa bergerak, alisnya menaik waktu terkejut, mulutnya bisa terbuka dan tertutup, sedangkan tangan-tangannya dan lengan-lengannya dapat bergerak dengan realitis dan gemulai.
Melansir dari laman japanfoundation bunraku sebuah seni pertunjukan komprehensif yang diciptakan di zaman Edo (1603-1868). Kesenian ini dengan menggabungkan tiga bentuk seni yang masing-masing memiliki sejarah yang panjang namun terpisah. Ada tau yang merupakan narator. Kemudian dilantunkan musisi instrumental yang memainkan shamisen bersenar tiga. Dan terkahir ada dalang.
Biasanya, seorang tayu tunggal memainkan seluruh peran dan mengekspresikan ujaran, emosi, dan gerakan semua karakter yang berbeda menggunakan beragam nada dan suara serta menggambarkan adegan dengan perpaduan antara dialog dan lagu.
Pertunjukan tersebut ada pengiring musik dari pemain shamisen yang memainkan alat musik shamisen futozao (berleher tebal) yang besar dan bisa menghasilkan ragam suara yang kaya, dari keras dan kuat hingga tenang dan memikat. Seperti seorang konduktor, pemain shamisen memandu kecepatan dan tempo pertunjukan. Boneka dalam Bunraku untuk peran utamanya bentuknya sangat besar dengan dan tiga orang dalang. Hal ini yang membuat gerakannya sangat detail dan sensitif, tetapi membutuhkan koordinasi yang tepat dari ketiganya. Kita akan mengeksplorasi Bunraku dengan bantuan ketiga dalang yang masing-masing mewakili salah satu dari ketiga bagian dalam teater boneka ini.
Sejarah Kesenian Tradisonal Bunraku
Bunraku mulai populer pada tahun pada zaman Edo atau pemerintahan raja Shogun Tokugawa periode 1609-1867. Bunraku sangat terkenal saat itu terutama di Osaka. Hal ini membuat bunraku berevolusi menjadi seni teater pada abad ke-17. Nama bunraku sendiri merupakan nama dari Uemura Bunrakuken I. Ia adalah seniman yang berhasil menghidupkan kembali ningyou joruri. Bahkan membangun gedung khusus untuk pertunjukan ningjou joruri ini dengan Bunrakuken-za di kozubashi (sekarang Chuo-ku, Osaka).
Dalam berkisah kesenian bunraku dua kategori utama yaitu jideimono dan sewamono. Untuk yang jidaimono mengacu kepada cerita di masa lalu dengan sudut pandang dari era Edo. Â Sedangkan sewamono mengambil cerita yang berlangsung di era Edo. Meskipun banyak cerita tercipta pada era Edo tetapi ada banyak yang tercipta pada zaman Meiji atau setelahnya.
Kebanyakan lakon dalam repertoar Bunraku adalah gubahan karya-karya klasik yang dalam pada abad ke-18. Namun sejak Perang Dunia II telah tersaji sekitar 50 lakon baru. Akan tetapi kebanyakan tidak mungkin sudah akan tersaji lagi. Sementara itu, kebanyakan karya-karya klasik tetap mendapat tempat dan terus tampil berulang-ulang. (Dari berbagai sumber)