HALO JAPIN. Produk halal harus menjadi fokus kader Muhammadiyah di negara minoritas Muslim, khususnya Jepang. Hal ini dikatakan oleh Profesor Satomi Ohgata guru besar Kyushu International University Jepang dalam konferensi internasional yang diadakan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS).
“Indonesia secara bertahap memperketat standar halalnya. Jika diterapkan di Jepang, akan sulit bagi restoran atau perusahaan Jepang. Lalu, apakah itu akan berkontribusi pada perdamaian dunia? Saya rasa tidak,” kata Prof Satomi.
Prof Satomi menyebutkan bahwa tidak semua makanan fermentasi di Jepang haram. Dirinya mengatakan bahwa mempelajari makanan halal di Jepang untuk membantu umat Islam dalam memilih makanan halal untuk dikonsumsi.
Menurut Prof. Satomi yang sering memberikan pemahaman tentang makanan halal bagi dunia, khususnya Jepang menilai label makanan halal di beberapa negara, termasuk Indonesia, masih dinamis. Ia mengatakan bahwa negara-negara mayoritas Muslim harus mempertimbangkan aspek lain untuk menentukan standar halal, yaitu persatuan umat dan perdamaian dunia.
Isu halal dan haram berimplikasi luas, kata Satomi. Untuk itu organisasi besar Islam seperti Muhammadiyah harus melakukan terobosan dengan fokus pada isu produk halal ke negara minoritas Muslim utamanya di Jepang.
Saat populasi Muslim di Jepang lebih sedikit daripada Muslim di negara-negara Barat yaitu masih dibawah 0,2 persen. Namun, Islamofobia tidak terjadi di Jepang. Oleh karena itu, isu kehalalan produk di Jepang menarik untuk ditelaah.
Oleh karena itu, Muhammadiyah diharapkan berkonsentrasi pada persoalan tersebut. Masalah makanan adalah elemen penting dalam hubungan manusia. Banyak mahasiswa Muslim di negara-negara minoritas Muslim mengisolasi diri dan menjadi anti sosial karena keyakinan mereka pada standar halal.
Pada tahun lalu seorang ahli Islam Jepang, Profesor Emeritus Hirofumi Tanada mengatakan ada sekitar 110 ribu hingga 120 ribu Muslim di Jepang pada 2010. Kemudian mengalami lonjakan dua kali lipat dalam satu dekade jumlah kira-kira sekitar 230 ribu.
Dalam laporannya ltahun 2021 laman Middle East Eye menyebutkan ada sekitar 183 ribu di antaranya adalah Muslim non-Jepang, terutama dari Indonesia, Pakistan dan Bangladesh. Sedangkan muslim dari Timur Tengah berjumlah sekitar 6.000 dan sisanya, sekitar 46 ribu, merupakan Muslim Jepang.***
Respon (2)